Label

Sabtu, 28 Februari 2015



Kumainkan pena yang ada di tanganku. Sesekali aku membuka kamus, mencoba merangkai kata dalam bahasa inggris.
“Kamu lagi buat apa?” tanya Ajun yang sedang duduk membelakangiku.
“Lagi buat cerpen.” jawabku.
“Gilee… ana kira antum lagi buat compose.”
“Sama aja sih.”
Ajun mengganti posisi duduknya, sekarang dia duduk membelakangiku.
“Mau kuliah dimana?” tanyanya lagi.
“Pilihan pertamanya sih Kyoto Jepang, yang keduanya Amikom Yogyakarta.”
“Trus tuh compose buat apa?”
“Buat kelayakan menerima beasiswa ke Jepang. Do’ain aja semoga ana berhasil.”
“Antum seriusan mau ke Jepang?”
“Enggak lihat usaha apa yang udah ana lakukan agar bisa pergi ke Jepang. Tekad ana udah bulat buat pergi ke Jepang.”
“Iya dah, ana do’ain.”
Tak lama, terdengar bel berbunyi. Pelajaran akan dimulai. Langkah kaki Ust. Harliana terdengar menggema di ruang kelas. Aku yang duduk paling belakang segera memfokuskan pandanganku pada beliau. Saat ucapannya terdengar, semua penghuni kelas termasuk diriku menghentikan segala aktivitas. Pelajaran, pun dimulai.
Hening malam bersama hembusan angin dingin menemaniku dalam ruang kelas yang hanya tinggal aku seorang. Sendirian terkadang bisa membuatku merasa nyaman dan tenang. Mencoba berulang kali mengingat-ingat kanji. Mempelajari sastra Jepang. Setidaknya aku harus menguasai tiga ratus kanji untuk mendapatkan beasiswa paling rendah ke Jepang.
Kehangatan segelas kopi menyegarkanku yang sudah mulai mengantuk. Tapi, jika aku tidur sekarang, aku akan merasa kalah jika belum bisa menguasai sepuluh kanji malam ini. Anggukan kelelahan beberapa kali aku rasakan. Aku tak membantahnya lagi. Pada dasarnya manusia itu punya titik kelemahan dan rasa lelah. Kubiarkan saja diriku terlelap dalam mimpi. Tertidur di atas kursi.
Pagi menyongsong hari. Kurasakan diriku kedinginan. Cahaya mentari menyilaukan mataku dan membuatku reflek berlari keluar kelas. Aku bangun kesiangan. Kulihat sekarang sudah jam enam pagi. Buru-buru aku melaksanakan shalat Subuh. Biarpun aku terlambat, tak akan kubiarkan diriku lalai akan shalat.
Aku kembali ke kelas. Bel bertanda masuk kelas sudah terdengar sejak tadi. Aku tak bisa membuatku terus terlambat di pagi ini. Dengan hanya bermodalkan sarapan beberapa suap nasi, tak akan melemahkanku dalam menuntu ilmu.
Nampaknya perkiraanku salah. Aku lupa akan penyakit maag yang kuderita. Aku merasakan tanganku bergetar lemas kedinginan. Sulit bagiku untuk memfokuskan ke pelajaran yang sedang Ustadz jelaskan. Ini membuatku tersiksa. Beberapa kali aku meringis kesakitan. Pada akhirnya, aku hanya bisa terlelap di pojok kelas.
Sore hari yang sangat cerah. Aku merasa senang setelah sebelumnya sempat kecewa. Biarpun aku belum bisa mendapatkan beasiswa ke Jepang, setidaknya aku sudah terdaftar sebagai peserta calon mahasiswa Amikom dengan urutan ke sembilan puluh lima. Bagiku, Amikom adalah jalan untukku agar bisa mencapai tujuanku. Aku sangat suka Anime Jepang dan Amikom mampu membuatku merasa dekat dengan pembuatan Animasi. Kesempatan ini tak akan kubiarkan saja. Aku harus bisa memantaskan diriku agar bisa kuliah disana.
Kabar itu membuatku terus memacu adrenalinku untuk memecahkan rumus-rumus yang sebelumnya ku anggap sulit. Berulang kali aku melatih diriku untuk menguasai matematika. Aku sudah membayar biaya registrasi. Aku tidak boleh sampai gagal dalam penyeleksian. Kegagalan hanya akan membuat orangtuaku kecewa.
Seorang panitia Niha’i kulihat menempelkan selembar kertas di papan pengumuman. Segera aku memeriksanya. Pengumuman tentang agenda khusus kelas akhir. Aku kaget, bagaimana bisa jadwal Rihlah Ashabul Maimanah bersamaan dengan tes masuk Amikom…
Aku dihadapkan dengan dua pilihan yang menurutku seperti dilema. Antara tes seleksi Amikom atau Rihlah Ashabul Maimanah?. Aku ingin mengikuti keduanya. Tapi sepertinya aku hanya boleh memilih satu. Aku mencoba meminta saran kepada teman-temanku tentang apa yang sebaiknya aku pilih. bagiku keduanya sangat penting.
Dalam masjid luas yang hanya tinggal beberapa orang saja di dalamnya. Aku menenangkan diriku dengan shalat malam. Semoga Allah memberikan jawaban yang terbaik untukku. Ucapan do’a yang keluar dari bibir biru kedinginan terasa penuh makna dalam kesendirian. Sajadah yang menjadi alas seakan percuma. Lantai granit yang dingin menembus rajutan benang-benang hingga menusuk-nusuk kulit. Pada malam gelap berbintang yang dingin. Pada malam itu Allah memberi jawaban yang paling tepat. Pilihan terbaik bagi diriku.
Seiring berlanjutnya hari, Hari inilah yang ditunggu-tunggu. Rasa penat setelah berjuang keras dalam menghadapi UN-TP seakan tergantikan. Aku dan teman-temanku mengemasi pakaian-pakaian ke dalam tas masing-masing. Kamu tahu hari apa ini? Hari ini adalah hari keberangkatan Rihlah Ashabul Maimanah. Aku merasa terharu dan senang akan hari ini. Kupastikan kalau pilihan ini tidaklah salah. Allah-lah yang memberikan pilihan ini kepadaku. Kupasrahkan sepenuh hidupku hanya kepada Allah.
“Tasnya sudah pada dimasukin ke dalam bus?” Tanyaku kepada Diaz.
“Sudah” Jawab Diaz sambil menunjuk tas hitam kepadaku.
“Akhirnya hari ini datang juga.” Kata Natsu seraya menepak pundakku dari belakang.
“Bawaan antum enggak kurang?” Tanya Diaz kepadaku.
Aku memperhatikan diriku yang hanya membawa tas berisikan bekal seperlunya dan tiga pasang baju bersih.
“Cukuplah.”
Suara klakson bus nyaring terdengar. Para panitia segera mengkomandoi agar semuanya memasuki bus. Aku duduk di samping Komara. Aku memeluk tasku erat-erat. Seakan masih ada secercah penyesalan. Aku berusaha untuk tetap tegar menerima semua ini.
Kulihat Diaz, Natsu, Rivan dan Gilang duduk dibarisan depan. Seperti biasa. Canda dan tawa terlihat menunjukkan betapa senangnya perasaan mereka.
Diaz menoleh ke belakang. “Semangat, Ganbatte.” Diaz menyemangatiku. Aku mencoba tersenyum meskipun kupaksakan. Aku terus duduk, menggigiti bibirku. Memeluk erat-erat tasku. Memperhatikan mereka yang tersenyum menyemangatiku.
“Enggak perlu disesali.” Kata Komara yang duduk di sebelahku.
“Aku tahu.” Aku sulit untuk menerima semua ini. Aku mencoba mencari kata yang tepat untuk mengungkapkan kejanggalan ini. “Hanya saja, aku seperti melewatkan momen yang penting.” lanjutku.
Lima bus melaju keluar dari komplek Pm Ummul Quro. Aku masih memeluk tas. Canda tawa mereka sudah tidak terlihat lagi. Lambaian tangan dari mereka seakan mengisyaratkan perpisahan.
“Semoga kalian selamat sampai tujuan.” Teriakku kepada bus-bus itu. Samar-samar kudengar kata “Kamu juga.”
“Sekarang giliran kita untuk pergi.”
Aku dan Komara menaiki Taxi yang sejak tadi sudah menunggu. Inilah perjalanan baru yang akan aku hadapi. Terkadang kesempatan itu tak datang dua kali dan kita semua tahu akan hal itu. Hanya saja, ketika kesempatan itu kita lewatkan tentunya hanya akan membuat penyesalan.
“…untuk daun-daun yang berguguran di taman Uqi,”
“ku goreskan kata-kata yang akan selalu ku ingat,”
“yang akan ikut terbawa bersama aliran air…”
Cerpen Karangan: Adil Mudhoffar
sumber :http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/tekad.html


Di atas tendon ini. Di kala senja, aku terduduk merenungi kehidupanku. Mencoba membandingkan kehidupanku dengan kehidupan yang lain di alam ini. Teduhnya senja membuat suasana hatiku lebih tenang. Senja yang selalu bisa membuatku rileks. Senja yang selalu bisa membuat suasana hati yang kalut menjadi plong. Senja yang selalu bisa membuat jiwaku yang tertekan merasa bebas. Ya, bagiku senja adalah sahabat sejatiku. Dan tidak pernah aku mendapatkan sahabat sejati yang benar-benar senjati seperti senja.
Aku memandang lurus ke depan sana. Tampak hamparan luas alang-alang yang menari di antara tiupan angin. Burung-burung bernyanyi berkejaran bersama kawananya. Aku iri pada burung itu. Mereka begitu riang. Hidup bebas tanpa tekanan dan tuntutan. Beda denganku yang selalu ketakutan akan masa depan yang belum tentu akan terjadi. Aku hidup kaku dengan aturan-aturan manusia yang kadang bagiku itu mekekang kebebasan. Aku ingin seperti burung.

Katanya hidup dengan seribu sahabat itu kurang dan satu musuh itu sangat membebani. Aku tak tahu apakah aku memiliki musuh atau tidak. Tetapi untuk orang yang aku benci tentu ada. Orang yang kita benci bukan berarti musuh. Tetapi musuh adalah jelas orang yang kita benci. Aku tak suka dengan sifatnya bukan orangnya. Sementara mencari seribu sahabat, aku sanksi. Aku tidak seperti kebanyakan pemuda pada umumnya. Aku takut terhadap orang. Hal tersebut terjadi karena ketidak nyamananku berada di dekat mereka. Ketidak nyamanan itu muncul akibat ketidak pedeanku. Ketidak pedean itu muncul karena aku merasa berbeda, merasa memiliki terlalu banyak kekurangn dibanding mereka. Bila berada di antara mereka rasanya ada satu jarak yang membatasi diriku dengan mereka. Satu dinding kasat mata yang seolah memisahkan dimensiku dari dimensi mereka. Dan aku hanya bisa menyaksikan keakraban mereka tanpa bisa ikut merasakanya. Itulah yang menyebabkanku sering merasa sendiri di tengah keramaian. Aku penyandang asperger, itu diagnosaku setelah membaca di perpustakaan google.

Jika bicara tentang persahabatan, walaupun aku takut terhadap orang, bukan berarti aku tidak memiliki sahabat sama sekali. Aku memiliki beberapa nama sahabat yang namanya ku ukir di hati. Sahabat yang susah payah aku mendapatkanya. Bagaimana tidak, dari proses mengenal sampai menjadi sahabat butuh waktu hingga bertahun-tahun. Tapi sayangnya, di antara sekian nama yang aku ukir, hanya satu nama yang benar-benar masih ada untuku. Sisanya entah kemana. Kadang aku merasa terbuang. Mereka yang dulu selalu bersama, meninggalkanku yang kala itu terpuruk. Aku tak tahu kenapa mereka menjadi seperti itu. Mungkin karena mereka terlalu sibuk dengan kuliahnya atau mungkin hal lain sehingga tidak sempat berkomunikasi lagi denganku. Atau kemungkinan yang terparah, mereka memang membuangku. Mereka menganggapku hanya sahabat sambil lalu.
Pernah satu ketika aku menghubungi salah saatu sahabat terbaiku lewat whatsapp. Dia adalah seseorang yang aku kagumi. Dari dialah aku mendapatkan gelar “Skeptis”. Aku menanyakan kabarnya, dia membalas “Ini siapa?”. Aku menjawab “Ini aku Sofyan Iskandar alumni IPA 1.” Tak ada balasan sama sekali. Entah tak ada pulsa atau mungkin memang sengaja tak membalasnya. Aku yakin dia sengaja tidak membalasnya. Bukan berburuk sangka, aku mengatakan begitu karena memiliki alasan. Alasan pertama, dia tidak pernah mengseve nomor Hpku padahal dulu sering chat. Baik di whatsapp maupun di kakao. Ini dibuktikan dengan dia tidak mengenali nomorku. Kalaupun ganti Hp itu bukan suatu alasan baginya mengabaikanku. Kedua, dia tidak membalas chatku setelah aku menyebutkan namaku. Alasan kedua adalah alasan penguat alasan pertama. Sunggung sakit hati ini. Aku menganggap dia lebih dari seorang sahabat biasa. Tapi nyatanya dia menganggapku… entahlah.
2010 adalah tahun paling kalut di hidupku. Aku kehilangan keluarga, orangtuaku bercerai. Kami terpecah. Adiku yang memiliki mimpi menjadi perawat harus mengkandaskan mimpinya. Dia memilih menikah karena tidak ingin ikut dengan Mamah terlebih Bapak. Adikku yang kedua sekaligus bungsu harus kehilangan kasih sayang yang utuh disaat dia sangat membutuhkanya. Dia baru belajar berjalaan kala itu. Mamah, wanita tegar, wanita yang senantiasa melakukan yang terbaik dalam perananya sebagai seorang ibu dan istri memilih pergi ke Kalimantan. Aku sendiri, di tengah kekuranganku, aku mencoba berjuang sendiri di kerasnya kehidupan kota. Jangan tanyakan tentang mimpi masa depanku, karena mimpi itu juga hancur dirampas oleh takdir. Sementara Bapak, dia yang paling bahagia dengan perceraian itu. Dia akhirnya bisa bersatu dengan wanita salihah selingkuhannya itu. Ya, Bapak pernah bilang kalau selingkuhannya itu adalah seorang wanita salihah. Aku hanya ingin tertawa mendengar perkataannya itu. Wanita salihah sama dengan wanita pengganggu rumahtangga orang? Yang benar saja.
Kehilangan memang sesuatu yang menyakitkan. Dalam hidup ini, setiap manusia pasti akan mengalaminya. Aku bukan saja kehilangan keluargaku, mimpiku, akan tetapi aku juga kehilangan orang-orang yang aku anggap sahabat. Ketika aku terjatuh, tak ada satu pun dari mereka yang mencoba menyanggaku. Hati yang hancur semakin hancur. Aku tak tahu harus melakukan apa untuk mengurangi rasa sakit yang terus menggerogoti hati ini. Akhirnya aku berubah. Ya, rasa sakit itu membuatku berubah. Aku yang anti rok*k mulai bersahabat dengannya. Aku yang membenci minuman keras mulai berkenalan dengannya. Sahabat-sahabatku yang mulai tahu keburukanku itu berkomentar pedas akan hidupku. Dan aku tak peduli. Selama ini mereka kemana? Ketika aku membutuhkanya, mereka tak ada. Kenapa mereka datang. Datang dan pergi kembali. Karena setelah mereka mencaciku mereka langsung pergi.

Malam kian kelam. Sekelam hatiku yang kian tenggelam oleh kelamnya kesendirian, kelamnya kehampaan. Aku benci kepada mereka, Abdul, Bayu dan Dedi. Tidur tenang setelah tadi tertawa-tawa bersama. Tiada sapaan atau sekedar basa basi apalah. Mereka membiarkanku sendiri dalam lamunan. Padahal kami tinggal sekamar di camp ini.
Aku menatap satu persatu wajah tenang yang aku benci itu. Ubay, seorang pemuda berumur 20 tahun. Berkulit hitam manis. Pandai memikat orang dengan tutur katanya yang sopan. Dia mampu menempatkan diri dengan baik ketika berada di antara orang-orang. Dan aku membencinya karena aku tidak seperti dirinya. Dedi, dia juga seumuran dengan Ubay. Tetapi dia lebih kurus dan lebih pendek. Giginya gingsul di sebelah kiri. Dedi adalah anak yang ramah. Dia murah senyum. Hidupnya lepas. Dan aku membencinya karena aku tidak seperti dirinya. Yang terakhir adalah Abdullah, dia paling sempurna di antara mereka. Jujur aku tidak ingin membencinya. Malah aku ingin bisa dekat denganya. Dia adalah calon sahabat sempurna di mataku. Abdullah juga berumur sama dengan Ubay dan Dedi. Dia memiliki kulit putih. Rambutnya cepak. Badanya proporsional. Dia rajin beribadah dan pandai mengaji. Sempat sekali waktu aku mendengar tilawahnya. Rasanya pilu. Pilu karena aku tidak seperti dirinya. Dia dekat dengan Tuhan sementara aku jauh. Dan itulah yang membuatku membenci dia.
Entah setan apa yang merasukiku, atau mungkin diriku memang sudah menjadi satu dengan setan. Bagiku, hidup mereka terlalu mudah. Aku akan membagi rasa sakit yang selama ini bersarang menggerogoti hatiku kepada mereka. Aku harus melakukan sesuatu.

Belati yang indah, belati kesayanganku. Aku mendapatkanya tiga bulan yang lalu di sebuah toko penjual senjata tajam. Belati ini belum pernah aku pakai sebelumnya, akan tetapi selalu ku asah setiap tiga hari sekali dikala senja untuk menjaga agar dia tak dimakan karat. Dan aku ingin menguji seberapa tajam belati kesayanganku ini.
Aku kembali melihat Ubay. Aku Mengecup keningnya sebagai tanda perpisahan. Ku jilat sedikit bibirnya. “Maafkan aku bocah menyenangkan. Aku bukan tak senang padamu. Tetapi aku hanya ingin berbagi rasa sakit denganmu”. Aku mengangkat belatiku, mengarahkanya ke dada bidang Ubay. Tepat mengenai jangtungnya. Aku segera membekap mulutnya dengan bantal untuk meredam suara sekaratnya. Suara percakapan dia dengan malaikat maut. Sekarang dia telah diam, kaku dan perlahan mendingin. Ku cabut belati kesayanganku, belati kebanggaanku dari dadanya. Darah yang keluar dari dadanya sungguh wangi. Berwarna merah segar. Aku mendekatkan mulutku tepat di dadanya yang terluka. Ku hisap sedikit, lalu aku menjilatinya sebentar. Nikmat sekali. Aku puas. Hahahaha… aku sangat puas.
Kini giliran Dedi, anak gingsul yang ramah ini akan segera menyusul temanya, Ubay. Ku pandangi sekali lagi dia. Kurus, pasti lebih mudah untuk menghunuskan belati ini ke dadanya. Aku Mengecup keningnya sebagai tanda perpisahan. Ku jilat sedikit bibirnya. “Maafkan aku gingsul. Aku bukan tak senang padamu. Tetapi aku ingin kamu menemani Bayu. Karena bukankah kamu pernah bilang bahwa bayu adalah sahabat sejatimu? Sudah sepantasnya seorang sahabat sejati itu selalu ada di samping sahabatnya. Kala senang maupun susah”. Aku tersenyum padanya seraya mengangkat belatiku dan mengarahkanya ke dada kering Dedi. Tepat mengenai jantungnya. Aku segera membekap mulutnya dengan bantal, sama seperti apa yang ku lakukan kepada Bayu. Ku cabut belati kesayanganku, belati kebanggaanku dari dadanya. Darah bocah ginsul itu mengalir deras. Warnanya merah pekat, baunya segar. Aku mendekatkan mulutku tepat di dadanya yang terluka. Ku hisap sedikit, lalu aku menjilatinya sebentar. Darahnya yang merah pekat lebih gurih dari pada darah Bayu yang merah segar.
Tinggal satu lagi. Bocah cepak yang rajin shalat dan pandai tilawah ini. Aku pandangi dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki sekali lagi. Ada satu rasa yang aku sendiri tak mengerti apa itu. Wajahnya begitu teduh menenangkan. Ternyata dia terlihat lebih tampan ketika tidur. Nafasnya teratur. Orang baik seperti dia pastiah diberikan mimpi yang indah dalam tidurnya. Mimpi bertemu bidadari-bidadari. Tidak seperti diriku, seringnya tidak bermimpi. Sekalinya bermimpi, bukan mimpi indah yang aku dapati. Mimpi dikejar hantu lah, buaya lah, diguna-gunain orang lah dan lain-lain yang tak kalah mengerikannya.
Aku Mengecup keningnya sebagai tanda perpisahan. Tetapi tidak kujilat bibirnya. Aku melewatkan satu ritual itu. Aku tak berani. Ada sesuatu yang menghalangiku, dan aku tak kuasa menembusnya. Tiba-tiba air mataku menetes. Ada rasa pilu yang mengalir di dalam darahku. Ada rasa sakit yang menusuk hatiku. Rasa takut kehilangan. Dia, bocah pelontos itu, kenapa aku tak bisa? Dua bocah sebelumnya berhasil ku bunuh dengan lancar tanpa satu kendala apapun. Tetapi dia…
“Maafkan aku… maafkan aku… Abdul… lah… aku tidak ingin kamu bersama mereka. Aku ingin kamu menjadi sahabatku. Akan tetapi, aku lebih hina dibanding mereka. Aku hanyalah seorang manusia yang menyesatkan dirinya. Yang hatinya diselimuti kabut hitam nan pekat. Maafkan aku… aku harus mempersatukanmu bersama mereka, Bayu dan Dedi”. Aku mengarahkan belati pada dadanya. Setetes air mataku jatuh tepat ke bibirnya. Terhisap olehnya. Aku memalingkan wajahku.
Allahu Akbar… Allahu Akbar
Allahu Akbar… Allahu Akbar
Suara adzan subuh berkumandang.
Asyhadu Alla Ilaha Illallah
Asyhadu Alla Ilaha Illallah
Syahdu dan merdu ditengah heningnya pagi.
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah
Tanganku berhenti bergerak
Hayya’alash Sholah
Hayya’alash Sholah
Bibirku terkunci, hatiku bergetar hebat.
Hayya’alal Falah
Hayya’alal Falah
Pilu. Mata ini semakin deras mengucurkan air mata.
Ashalatu Khairum Minan Naum
Ashalatu Khairum Minan Naum
Ada rindu yang membuncah. Merasuk qalbu.
Allahu Akbar… Allahu Akbar
Lailaha Ilallah
Ada penyesalan yang teramat dalam menusuk hati.
Aku ingin kembali
Kembali padaMu wahai Tuhanku
Tiba-tiba aku tersadar dari keterpesonaanku terhadap adzan subuh tadi. Hati yang sempat dingin, bergolak kembali. Putih yang sempat menyelimuti, tenggelam kembali. Hitam kian bertahta menjajah hati. Misiku belum selesai. Aku tak bisa membiarkan Abdullah hidup. Dia akan membuatku sengsara. Dia pasti akan melaporkanku ke polisi. Ku tarik nafas dalam-dalam, ku keluarkan perlahan, berat… berat sekali. Ku tutup mataku dan ku hunuskan belati itu tepat ke jantungnya.

Mataku terbuka. Cahaya lampu mebuatku harus sedikit menyipitkan mata. Aku tak tahu apa yang terjadi tadi. Samar-samar aku melihat sesosok pemuda. Abdullah, ya Abdullah. Dia tersenyum padaku. Senyuman manisnya yang juga membuatku iri. Apakah tadi aku belum membunuhnya? Ataukah Abdullah yang berada di depanku adalah arwah yang ingin balas dendam? Badanku mendadak dingin. Bulu kuduku berdiri. Dia terus menatap lekat mataku. Tersenyum padaku. Belati, di mana belatiku. Ku lihat tanganku, tidak ada darah. Tanganku bersih. Aku cubit pipiku, rasanya sakit. Dia tertawa. Apa yang dia tertawakan? Apakah ada yang lucu denganku? Ataukah dia senang melihat diriku yang ketakutan ini? Tetapi, kalau dia hendak membalas dendam, mengapa tatapanya itu teduh? Aku tidak merasa dia mengintimidasiku. Dia terlihat manis seperti biasanya. Ahhhhhh…
“Kang.. Kang, bangun! Ini Abdullah.”
“Dari semalam badan Akang panas. Aku, Bayu dan Dede gantian jagain Akang. Syukur kalau Akang sudah bangun. Itu artinya Akang sudah baikan”.
“Panas? Baikan? Kamu? Kalian? Jagain Akang?”
“Yupe.”
“Kamu jangan berpura-pura membohongiku. Jika kamu ingin balas dendam, bunuh saja aku. Aku juga sudah bosan hidup. Jangan berpura-pura baik lalu menerkam. Aku gak suka”.
“Astagfirullah, Kang. Eling, buat apa Abdul bunuh Akang. Apa untungnya coba? Akang mimpi buruk ya?”
“Mimpi buruk?”
“Ya mimpi buruk.”
Aku terdiam kaku. Tak ada niat sedikitpun tuk bangun. Semuanya membuatku pusing. Jika tadi adalah mimpi, mengapa semuanya terasa begitu nyata. Mengapa aku sangat menikmatinya. Jika saat ini adalah nyata, mengapa mereka begitu baik. Bergantian menjagaku yang sakit. Tadi sore aku memang tak enak badan. Tetapi aku tak tahu kalau malam tadi demamku semakin tinggi.
Tiba-tiba Abdul bangkit, dia mengulurkan tanganya.
“Shalat yu!”
“Shalat?”
“Ya, shalat!”
Dia mengajaku shalat. Apakah tidak salah? Tiga tahun setengah, semenjak kedua orangtuaku berpisah, aku tidak mau lagi mengenal kata shalat. Aku kecewa kepada Tuhan. Aku merasa Dia tak adil. Sekarang, anak ini, Abdullah, mengajaku shalat? Padahal dia tahu sendiri kalau aku tak pernah shalat.
“Kang…”
Dia membuyarkan lamunanku. Tanganya masih terulur untuku. Rasa apa ini? Aku seperti ingin meraihnya.
Kini, tanganya telah menggenggam tanganku. Hangat, nyaman, rasanya hati yang kosong ini penuh terisi. Aku tak ingin tangan ini berpisah. Setidaknya dalam jangka waktu lama.
Dia menuntunku ke kamar mandi.
“Kang, Akang yang duluan wudhu ya. Aku mau bangunin Bayu sama Dedi dulu. Kasihan mereka kalau gak dibangunin. Nanti shalatnya berjamaah. Akang masih ingatkan do’a wudhu?”
Aku hanya mengangguk. Walaupun sudah tiga setengah tahun aku tak shalat, aku masih ingat do’a berwudhu.

Aku, Bayu dan Dedi berdiri di belakang Abdul. Dia yang menjadi imam kami.
“Aku lupa do’a kunut”. Celetuku
“Do’a kunut kan sunat, jadi kalaupun gak dipakai, ya gak apa-apa”
Aku mengangguk.
“Ushali Fardhash-Subhi Rak’ataini Mustaqbilal-Qiblati ada’an Ma’muman Lillaahi Ta’aalaa. Allahu Akbar”. Aku mengangkat kedua tanganku kemudian meletakanya di dada.

Tenang, itulah yang aku rasakan saat ini. Ridu yang selama ini terkubur bangkit kembali. Aku merasa lebih ringan. Ketika shalat dan berdo’a tadi, air mataku bercucuran tanpa henti. Mungkin aku kelihatan cengeng di mata mereka. Tetapi aku tak peduli. Yang terpenting buatku adalah, aku bisa merasakan kerinduan yang sekian lama terpendam ini.
“Kita ngaji dulu yah!” ajak Abdul.
“Boleh…” Bayu dan Dedi kompak
“Surah apa?” tanya Dedi
“Menurut Kang Iskandar, kita mengaji apa hari ini?” Abdul meminta pendapatku
“Terserah kalian saja.” Jawabku
“Ayolah Kang, sekarang anggap saja hari spesial Kang Iskandar. Jadi, kita mau mengaji surah apa?” bujuk Abdul
Aku berfikir sejenak. Coba mengingat-ingat sesuatu.
“Hmmm… waktu aku kecil dulu, setiap malam jum’at, aku dan guru ngajiku selalu membaca sepuluh ayat pertama surah At-Kahfi dan Surah Yasin. Tapi, hari ini kan minggu pagi.”
“Mengaji iu tak pandang hari, Kang. Ga ada aturanya juga harus ngaji surah ini di hari ini.” Abdul tersenym kepadaku
Kami mulai mengaji. Abdul yang memimpinya. Tilawah pagi ini menyempurnakan pelepasan rinduku kepada Tuhan.
Mulai pagi tadi, aku dan mereka resmi bersahabat. Aku menceritakan semua mimpiku dan keluh kesahku kepada mereka. Mereka memang pendengar yang baik. Mereka bukan hanya sekedar bersimpati kepadaku, tetapi juga berempati. Dan aku baru sadar akan sesuatu tentang diriku. “Bukan mereka yang menjauhiku, bukan pula mereka yang tak mau menjadi sahabatku selama ini. Akan tetapi aku yang terlalu menutup diriku sehingga mereka tidak bisa menjangkaunya”. Harapanku, persahabatan yang diawali dengan indah ini akan berakhir dengan indah pula. Amin.
End
Sedikit celoteh* untuk sahabatku
Sahabat, sedang apa kalian di sana? Apakah pernah satu ketika kalian merindukanku seperti aku yang sering merindukan kalian? Apakah pernah satu ketika kalian memikirkanku seperti aku yang sering memikirkan kalian? Apakah pernah satu ketika kalian mengenang kebersamaan kita dulu seperti aku yang selalu mengenangnya? Apakah kalian mengukir namaku seperti aku yang mengukir nama kalian?
Sahabat, bagaimanapun sikap kalian kepadaku saat ini, kalian adalah sahabatku, dan tetap akan menjadi sahabatku. Aku akan tetap merindukan kalian, memikirkan kalian, mengenang kebersamaan kita dulu dan aku takkan pernah menghapuskan nama kalian di hati ini. Percayalah, karena ini janji seorang sahabat sejati untuk sahabat sejatinya. Aku cinta kalian semua.
*Kata celoteh aku pinjam dari sahabatku, Lalila. Di setiap syair indah yang ia tulis, celoteh selalu ada menghiasinya.
Dariku yang merindu sahabat, Kang Zaen
Cerpen Karangan: Kang Zaen
sumber :http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/sahabat-sejati-8.html


                                                                BIODATA DIRI

Nama                        :  Asmaul Husna
Tempat Tanggal Lahir :  Duri, 19 Juli 1999
Jenis Kelamin             :  Perempuan
Kebangsaan               :  Indonesia
Agama                       :  Islam
Alamat                       :   Jln. Jendral sudirman RT 02/02 Kelurahan Talang Mandi Kecamatan Mandau
Email                         :   asmaulhusna495@yahoocom
Blog                          :    asmaulhusna19.blogspot.com
Nama Orang Tua      
Ibu                            :   Efdaningsih
Ayah                         :   Amrizal
Anak ke/dari             :   ke 2 dari 2 bersaudara
Pendidikan                :  Sekolah Menengah Pertama ( SMP)
Hobi                         :   Bulutangkis


Selasa, 24 Februari 2015

Bentuk-bentuk utama dari tarian klasik yang dipraktekkan di Pakistan adalah: 

1)      Bharatanatyam, suatu teknik yang sangat bergaya dan canggih memiliki kualitas geometris baik dalam bentuk dan dalam koreografi ruangnya. 
2)      Kathak adalah tarian berputar. 'Kathak' adalah seorang pendongeng yang tergabung puisi dan tarian - 'bols' suku kata dalam nya / cerita. Meskipun Kathak adalah tarian pra-Islam, itu dilindungi oleh Mughal dan memperoleh cat nya di pengadilan Mughal, ketika menjadi tarian pengadilan. Dalam gaya ini, penekanannya pada Layakari, footwork dan pirouettes petir. 
3)      Odissi menelusuri asal-usulnya ke postur dari patung menari ditemukan dari reruntuhan Mohenjodaro. Ini adalah, ritmis bergoyang, tari liris dan kuat, diciptakan pada bukti patung. 
4)      Manipuri adalah tarian dari lembah Manipur, utara timur dari benua tersebut. Tarian dari Manipur dikenal karena kasih karunia mereka liris, ringan tapak dan kelezatan gerakan tangan. 

2.2.3    Macam-macam tarian yang ada di Pakistan
Ø  Provinsi Punjab 
1. Tari Luddi
Sebuah fitur populer dari perayaan pernikahan di Pakistan adalah Luddi ditarikan oleh teman-teman perempuan dan anggota keluarga pengantin wanita. Tarian ini berasal dari Punjab namun kini telah menjadi bagian integral dari pernikahan seluruh Pakistan. 
2. Tari Bhangra
Khas dari warna dan kekuatan dari Punjab, yang Bhangra berakar dalam tanah. Didorong oleh hentakan drum, dan irama 'Chimta' (sepasang penjepit yang digunakan untuk menyapu bara), anak perempuan dan anak laki-laki menari dengan meninggalkan, aman dalam pengetahuan bahwa panen yang baik. 
Ø  Provinsi North West Frontier
1.      Tari Khattak
Tarian Khattak dari daerah pegunungan dari Khyber Pass legendaris dilakukan oleh kelompok semua laki-laki dari suku hardy. Ini merayakan keberanian para Pakhtoons yang berhasil menolak upaya untuk menundukkan mereka dan menjajah tanah mereka. Salah satu yang paling kuat dari tarian daerah, Khattak membutuhkan stamina yang besar dan kekuatan. 
2.      Tari Hunza
Di utara Pakistan terletak gunung-terkunci lembah yang indah dari Hunza, benar-benar surga di bumi. The Hunza indah gadis menikmati alam - yang hijau subur lembah, yang di udara dingin - karena mereka datang bersama-sama untuk melakukan tarian ini sederhana dengan iringan seruling dan drum. 
3.      Tari Kalash
Di wilayah Utara ekstrim Barat Pakistan, di mana pegunungan memenuhi langit adalah Lembah Kalash dihuni oleh orang-orang diyakini telah diturunkan dari para pejuang Alexander Agung. Daerah tetap tidak dapat diakses oleh dunia luar selama berabad-abad dan telah mempertahankan kemurnian kafir yang bahkan sampai hari ini. Tarian Kalash menggambarkan kedekatan masyarakat terhadap alam, yang merupakan kualitas yang melekat pada kehidupan mereka. Tutup kepala yang menarik dari gadis-gadis, dihiasi dengan kerang courie, mendukung teori bahwa lembah pernah tertutup oleh laut. 
Ø  Provinsi SINDH 
1.      Tari Jhoomer
The Sindhi Jhoomer tarian dilakukan oleh gadis-gadis desa untuk merayakan panen yang baik. Mengenakan kostum berputar mengitari mereka penuh-dan perhiasan perak, mereka bergabung dengan anak laki-laki yang menyanyikan lagu populer 'Ho Jamalo'. 
2.       Tari Ho Jamalo
Ho-Jamalo adalah salah satu dari lagu-lagu rakyat yang paling populer dari Pakistan. Ini merayakan kegagahan prajurit prajurit abad ke-18, Jamal Khan Rind, yang membela tanah airnya dari penyerbu asing. Tales of keberaniannya menyebar dari desa ke desa. 
3.      Tari Dandia
Dari tanah dari distrik Tharparkar di Sindh adalah tari Dandia (tongkat). Laki-laki dan perempuan dengan tongkat dipernis dalam ayunan tangan dengan ketukan drum dan menghasilkan campuran yang menarik irama karena mereka bertepuk tongkat mereka bersama-sama. 
Ø  Provinsi Baluchistan 
1.      Tari Do-Chapi
Ini adalah menari dengan bertepuk sebelah tangan didasarkan pada berbagai pola berirama, secara bertahap meningkat ke crescendo. Tarian Do-Chapi khas dari Baluchis kasar, dan umumnya dilakukan oleh laki-laki di pedalaman Baluchistan. 
2.      Tari Nelayan
Para nelayan dari pantai Makran di Baluchistan ditetapkan dalam perahu mereka sebelum matahari terbit dan pulang saat matahari terbenam dengan jarak yang kaya. Tarian ini menangkap irama kehidupan nelayan. 
3.      Tari Leva
The Leva tradisional ditarikan oleh laki-laki adalah fitur umum di pesta pernikahan dan acara-acara bahagia lainnya dalam masyarakat suku dari Baluchis. Tarian ini memiliki beat hipnosis dan ritme menggugah.
Seni Tari Tradisional Saudi Arabia
  1. Tari Ad Dahha
Ad Dahha, sebuah tarian perang yang diprakarsai oleh suku-suku di daerah utara Saudi Arabia di masa lalu, sekarang telah menjadi ritual dalam perayaan pernikahan di bagian utara Kerajaan Saudi Arabia dan negara-negara yang berbatasan dengannya di utara.
Beberapa sejarawan menyatakan bahwa tarian itu diciptakan oleh Suku Anza sebelum munculnya Islam di Semenanjung Arab. Menurut buku-buku sejarah, sekelompok kecil orang dari suku ini keluar satu malam di patroli ketika mereka melihat beberapa pergerakan.

  1. Tari Perut
Ada sebuah tradisi yang sangat terkenal di Timur Tengah atau kawasan Arab. Kita mengenalnya sebagai tari perut. Masyarakat di sana menyebutnya raqs sharqi (tari timur) atau raqs baladi (tari nasional). Ini tarian yang sedang populer di seluruh dunia. Sebagian besar penarinya adalah wanita. Meski tidak banyak sejarah yang diketahui tentang tari perut, beberapa orang meyakini ia aslinya berasal dari Mesir. Tarian zaman dulu ini ditampilkan dalam dua gaya: raqs sharqi (tarian solo penuh improvisasi) dan raqs baladi (tarian rakyat). Tari perut dulunya selalu mengisi acara pernikahan, dengan maksud meminta kesuburan bagi pasangan pengantin baru. Baik penarinya berjenis kelamin wanita maupun pria, di Arab Saudi, tarian ini tidak boleh ditonton pria. Maklum saja, tari perut memfokuskan pada gerakan otot pinggul dan dada.
Tari perut atau biasa disebut Oriental Dance, bukan lah tari penggoda. Memang ada beberapa tempat yang menyalah gunakan tarian ini sebagai hiburan yang tidak pantas, tetapi sejarah tarian ini sama sekali tidak berkaitan dengan hal-hal yang berbau pornografi.
Tari perut sudah ada sejak 100 tahun sebelum masehi. Tarian ini diperkenalkan ke berbagai negara di timur tengah oleh orang-orang Mesir Kuno. Menurut sejarah, ada dua pendapat mengenai terbentuknya tari perut. Yang pertama mengatakan bahwa tari perut adalah tarian rakyat timur tengah yang bertujuan untuk menyebarkan rasa gembira dan semangat melalui gerakannya.
Karena itu, tarian ini biasa dibawakan pada saat acara yang penuh dengan kegembiraan seperti pesta pernikahan, acara syukuran, atau festival. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa tari perut adalah tarian persembahan manusia untuk para dewa. Tarian ini dilakukan untuk mendekatkan diri kepada para dewa dan menghapus kesalahan yang telah diperbuat manusia.
Pada zaman dahulu, di sebuah pesta atau acara tertentu yang akan ada tari perutnya, para penari wanita (penari perut hampir semua wanita) hanya menari didepan wanita saja tanpa para lelaki. Lelaki melalukan pesta yang terpisah bersama lelaki yang lain. Begitulah adatnya pada zaman itu.
Berbagai negara seperti Yordania, Irak, Arab Saudi, Mesir, dan Turki mengenal tarian ini. Sebagai tari tradisi, tari perut ditarikan pada acara-acara tradisi pula, seperti pernikahan dan acara lainnya. Tari ini ditarikan oleh laki-laki maupun perempuan.
Tarian perut menggunakan gerakan di seluruh otot tubuh. Pada dasarnya tari ini merupakan tari improvisasi solo dengan gerakan-gerakan yang menyatu ritme musik. Gerakan dasar dan utama tari ini adalah gerakan memutar yang terpusat pada salah satu bagian tubuh. Kemudian ditambah aksen menggoyang pundak dan pinggul, menggerakkan otot perut seperti ombak, atau keseimbangan menggunakan kain cadar. Kostum tari ini terdiri dari atasan pendek yang biasanya diberi untaian koin atau mote, sejenis ikat pinggul (juga dengan untaian), celana harem dan/atau rok. Terkadang juga memakai cadar.
Di Turki, tari perut ini dipengaruhi oleh kebudayaan orang Romawi dan Mesir dan berkembang pada zaman Ottoman. Karena tidak mengenal larangan seperti di Mesir, tari perut Turki biasanya lebih ekspresif. Pada penarinya terkenal enerjik dan atletis. Mereka juga menggunkan simbol jari yang disebut zils. Elemen penting lainnya adalah menggunakan ritme sembilan perdelapan yang dihitung 12-34-56-789. Kostumnya biasa sangat terbuka dengan rok terbelah yang memperlihatkan seluruh kaki. Mereka juga menggunakan sepatu hak tinggi walaupun kadang sepatu datar.
Tari perut oleh laki-laki di Turki disebut kochecks dan telah ada sejak zaman Ottoman. Mereka biasanya berpura-pura sebagai wanita dengan menggunakan rok lebar yang flamboyan. Pada zaman ini penari wanita menggunkan pakaian sehari-hari yang terdiri dari celana, baju panjang, rompi ketat, dan ikat pinggang dari tali atau kain sedangkan penari laki-laki menggunakan kostum khusus. Penari laki-laki biasanya aktor dan musisi yang berperan menjadi wanita.

  1. Tari Zapin
Zapin berasal dari bahasa arab yaitu “Zafn” yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan. Zapin merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan.
Tari Zapin memang berkembang luas di Malaysia, tetapi tarian ini diperkenalkan ke Malaysia oleh para pedagang dari tanah Arab dan Yaman. Menurut sejarahnya, tarian ini dahulu sebagai hiburan di istana-istana kerajaan.
Lalu pada abad ke-16 tarian ini mulai dibawa oleh para pedagang ke daerah Johor seperti Singapura, Malaysia, Riau dan berkembang disana. Karena para pedagang biasanya adalah para laki-laki, tarian ini awalnya hanya dibawakan oleh laki-laki.
Seiring berkembangnya zaman, para wanita kemudian mempelajari Zapin dan saat ini tari zapin bisa dibawakan oleh wanita ataupun wanita dan laki-laki secara berbarengan. Zapin adalah tarian yang memiliki banyak ragam geraknya. Apalagi, tarian ini berkembang di berbagai negara.
Tetapi pada dasarnya, gerakannya sama. Jika tari perut berfokus pada perut, tari zapin berfokus pada kaki. Sesuai dengan namanya, “Zapin” berasal dari bahasa Arab “Zafn” yang artinya pergerakan kaki cepat. Dibutuhkan tempat atau panggung yang cukup besar untuk menampilkan tarian ini, karena tarian ini menampilkan langkahan kaki yang cukup besar dan penarinya bergerak kesana kemari.
Posisi badan selalu bergerak seperti mengalun sesuai dengan irama musik. Tangan tidak banyak bergerak, hanya sedikit mengikuti gerakan kaki. Para penari Zapin diharuskan untuk berinteraksi satu sama lain dengan baik ketika menari. Sehingga, tari Zapin jarang ditarikan secara solo melainkan berpasangan atau kelipatan dua.
Alat musik yang digunakan untuk mengiri tarian Zapin di Arab adalah Gambus (alat musik petik ) dan tiga buah gendang kecil yang disebut Marwas. Zapin juga diiringi dengan nyanyian yang liriknya biasanya dalam bahasa Arab. Nyanyian ini bermakna untuk memberi nasihat atau dakwah dan memberi puji-pujian kepada Tuhan.
Pakaian untuk penari Zapin di Arab lebih simpel bila dibandingkan dengan daerah Melayu seperti Malaysia atau Indonesia. Di Arab, pakaian penari Zapin hanya memakai baju gamis (biasanya warna putih), celana bahan panjang dan sorban atau peci. Jika di Melayu, para laki-laki menggunakan baju kurung, kain sarung tenun dan peci. Wanita memakai baju kurung, kebaya panjang, kain sarung, dan sanggul.
Musik pengiringnya terdiri atas dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas. Sebelum tahun 1960, zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan.
Tari Zapin sangat ragam gerak tarinya, walaupun pada dasarnya gerak dasar zapin-nya sama, ditarikan oleh rakyat di pesisir timur dan barat Sumatera, Semenanjung Malaysia, Serawak, Kepulauan Riau, pesisir Kalimantan dan brunei Darusalam..Di Brunei, tarian Zapin cukup banyak macamnya seperti rentaknya dan geraknya dan mengikut dari segi sebutannya yaitu dialek orang Brunei zapin lebih dikenali dengan sebutan ‘”Jipin”‘.

  1. Tari Sema
Sebuah tarian lain juga terkenal dari Timur Tengah adalah tari sema. Tarian ini dilakukan oleh para dervish yang berputar. Tidak seperti tari perut yang dibentuk sebagai sarana hiburan, tari sema diciptakan untuk alasan religius.
Tari sema telah dipertunjukkan selama 700 tahun oleh kaum sufi. Devish (bahasa Turki dan Arab) berasal dari kata Persia darwish (berarti kerangka pintu) yang menggambarkan kaum sufi yang berada pada ambang pencerahan. Banyak yang mengatakan istilah kaum sufi (sufi dalam bahasa Arab berarti wol) muncul dari kebiasaan para nabi yang menggunakan mantel wol.
Tari sema dimulai dengan pujian kepada para nabi. Lalu, terdengar suara drum yang menjadi simbol sang pencipta diikuti improvisasi musik dari alat musik ney (sejenis seruling) yang menyimbolkan embusan napas sang pencipta yang memberi kehidupan kepada semua makhluk.
Pemimpin memberi hormat lalu memimpin para darwish membentuk lingkaran. Saat melewati posisi sang pemimpin, para darwish akan saling memberi hormat sebagai lambang penghormatan antarjiwa yang berbalut dalam bentuk raga.
Setelah tiga putaran, mereka melepas mantel. Setiap orang akan mendekati pemimpin, memberi salam, mencium tangan, dan membentuk formasi sesuai intruksi pemimpinnya.
Dengan berputar, mereka melepas kehidupan duniawi dan bergabung dengan Allah. Mereka membuka kedua tangan dengan tangan kanan menghadap ke atas agar mendapat berkah dari surga dan tangan kiri menghadap kebawah untuk memberikan berkah ke bumi. Tarian diakhiri dengan pembacaan Al-Qur’an.
Para darwish berputar-putar secara simultan selama 10 menit lalu berhenti dan berlutut. Kemudian berdiri dan muali lagi. Proses ini diulang sebanyak empat kali, yang memiliki arti :
  1. kelahiran manusia sebagai bukti Allah sebagai pencipta dan peran manusia sebagai makhluk.
  2. kegembiraan manusia menjadi saksi penciptaan.
  3. kegembiraan akan cinta dan pengorbanan akan pikiran untuk mencinta, untuk menggenapi perintah.
  4. akhir perjalanan spiritual, termasuk kembali kepada kehidupan sehari-hari dan pengabdian kepada Allah.
Pakaian semua terdiri dari topi tinggi yang menggambarkan ego mereka, jubah putih panjang dengan rok lebar menggambarkan penutup ego, dan mantel hitam yang menggambarkan kehidupan duniawi yang kemudian mereka lepaskan.
sumber : https://iyansetione.wordpress.com/2013/10/24/kebudayaan-seni-arab-saudi/

Tari Tradisional Kamboja


Seni dan pertunjukan tradisional Kamboja biasanya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Khmer pada beberapa abad lalu, seperti yang digambarkan pada pahatan atau relif yang terdapat pada dinding-dinding candi Angkor Wat. Sayangnya, saat Khmer Merah memegang kekuasaan di Kamboja dari tahun 1975 hingga 1979, banyak seni Khmer yang dilarang dan dihancurkan, termasuk candi-candi bersejarah mereka. Banyak juga penari tradisional, penyanyi tradisional, dan artis-artis yang dibunuh. (Klik image di sebelah kiri ini untuk melihat foto yang lebih besar).

Saat ini, Kamboja dengan bantuan dari negara-negara asing, mencoba untuk menghidupkan kembali seni dan budaya tradisionalnya yang indah itu. Kini pertunjukan-pertunjukkan seni tradisional Khmer, seperti tarian Apsara, paling banyak diadakan oleh pihak-pihak swasta, seperti hotel dan restoran.



Tari Tradisional Kamboja (Robam)

ROBAM APSARA

Ratusan tahun lalu, Robam (tari) Apsara ditampilkan hanya untuk anggota Kerajaan Khmer, walaupun kemudian tarian ini juga ditampilkan kepada publik untuk perayaan-perayaan khusus di Kerajaan, seperti perayaan setelah menang dari perang. Akan tetapi sebuah serangan yang dilakukan Kerajaan Siam (sekarang Thailand) pada abad ke-15 berimbas ke Robam Apsara. Serangan tersebut memaksa Kerajaan Khmer untuk memindahkan ibu kota mereka ke Phnom Penh dan sejak itu tarian ini pun kembali hanya dipertunjukkan secara terbatas bagi kalangan istana.
sumber : http://www.jotravelguide.com/phnom_penh_kamboja/seni_dan_budaya_khmer.php

Bumba Meu Boi, Tarian Tradisional Brazil yang Bersifat Magis


Bumba Meu Boi  adalah salah satu jenis bentuk dari tarian teatrikal tradisional. Dalam sebuah cerita rakyat yang mengatakan ada tarian yang terdiri dari slunan musik, pemakaian kostum dan juda dram dan termasuk juga seekor sapi jantan. Yang mana jika nanti mati akan di bawa untuk bertahan hidup. Sebenarnya cerita rakyat ini memiliki banyak sekali versi, namun yang menjadi tokoh utama ialah si sapi jantan ( dimainkan oleh orang yang menggunakan kostum).

Lalu ada juga catrina yang merupakan seorang wanita jelek yang sedang mengandung yang selalu bermain dengan seorang pria yang membosankan. Kemudian ada tokoh koboi jahat yang terus menyerang si sapi jantan dan wanita buruk tersebut. Ia menyerang sapi jantan itu karena ia ingin sekali sapi itu mati di tangannya, ia seorang pendeta, dan juga seorang yang kaya dan memiliki kekuasaan penuh sebagai pemilik sapi jantan tersebut. Dan musik nya adalah musik yang mana berasal sari drum yang ajaib, yang mampu membuat sang sapi jantan itu hidup kembali.


Festival tarian ini di lakukan secara berkelompok. Dan keseluruhan dari mereka mengatakan jenis tarian Bumba Meu Boi yang berasal dati legenda ini dapat di temukan di daerah pinggiran negara Brazil. Bumba Meu Boi yang juga berarti “Hit My Bull” atau bahasa latinnya Boi Bumbá merupakan festival daerah paling popular. Festival ini di ambil dari daerah utara dan juga di daerah timur laut Brazil yakni di Psongs. Walaupun perayaan ini di temukan di pinggiran negara. Dari dua sisi festival ini memiliki dua cabang utama pada jalan jalan yang akan menjadi jelas dan terlihat berwarna. Dan kota dari Parintins merupakan satu satu nya tempat di dunia dimana iklan Coca Cola berwarna biru!
sumber : http://uniqpost.com/34683/tarian-magis-bumba-meu-boi-dari-brazil/

Tarian tradisional Korea

Tarian tradisional Korea (한국 무용; Hanguk Muyong) adalah bentuk seni tari yang berasal dari kebudayaan masyarakat Korea. Tarian tradisional Korea dibedakan menjadi 2 buah kategori, yakni tarian istana dan tarian rakyat. Teks sejarah menuliskan tentang kegemaran rakyat Korea kuno menari dan menyanyi berhari-hari, bermalam-malam sebagai bagian dari ritual pemujaan kepada dewa-dewa. Mereka juga menari untuk mengekspresikan jiwa (sin) dan kegembiraan (heung).

Selendang

Melalui teks-teks kuno, penari Korea pada masa lalu selalu menari dengan selendang panjang di tangan (hansam). Ada pepatah Korea yang berbunyi, ”Seseorang yang memiliki selendang panjang adalah penari yang bagus dan seseorang yang memiliki banyak uang adalah pedagang yang sukses ” Hal ini mengilustrasikan hal yang dianggap penting sebagai tarian yang indah oleh orang Korea kuno dan mengindikasikan gaya utama tarian tradisional mereka.

Sejarah

Zaman Tiga Kerajaan

Korea memiliki sejarah tarian yang panjang dan beragam. Namun begitu, dikarenakan kondisi yang tidak menguntungkan, hanya sedikit saja bahan bukti yang dapat menjelaskan tentang tarian Korea di zaman kuno.

Goguryeo

Tari dari zaman kerajaan Goguryeo (37 SM-668 M) merupakan bukti paling awal yang menunjukkan seni tari rakyat Korea. Ini diketahui melalui lukisan dinding kuno bernama Muyongchong (Makam Penari) dari abad ke-5 sampai 6 Masehi. Lukisan dinding Muyongchong memperlihatkan 5 orang penari mengenakan kostum dengan selendang tangan yang panjang sambil berbaris dan mengangkat tangan. Tujuh orang penyanyi laki-laki dan perempuan digambarkan berada di bagian bawah lukisan. Li Bai, seorang penyair Cina yang terkenal menuliskan puisi tentang tarian Goguryeo pada saat dipentaskan di istana Dinasti Tang, yang berbunyi:
Mengenakan mahkota emas, sang penari,
Seperti kuda putih, berputar dengan gemulai
Selendang putihnya berkibar melawan angin,
Seperti burung, dari Laut Timur

Baekje

Di Baekje, rakyatnya menarikan Takmu, tarian yang ditampilkan pada saat musim tanam antara bulan Mei sampai Oktober. Tari ini tertulis pada teks sejarah dan diperkirakan merupakan asal mula dari kesenian nongak (musik petani). Takmu merupakan tarian yang ditarikan secara berkelompok dimana semua warga desa ikut berpartisipasi serta memainkan alat musik. Seorang seniman Baekje bernama Mimaji memperkenalkan kesenian giak ke Jepang dan sampai sekarang masih dipentaskan di Korea dan Jepang dalam bentuk sendratari topeng.

Silla

Seni tari rakyat kerajaan Silla mengkombinasikan elemen-elemen budaya dari Baekje, Goguryeo dan Cina. Sebagian besar karya tari dan musik dipengaruhi oleh tema-tema agama Buddha. Tari-tarian ini umumnya dinikmati oleh kaum bangsawan. Beberapa buah tarian diwariskan ke dinasti-dinasti berikutnya sampai saat ini, antara lain Geommu (tari pedang) dan Cheoyongmu (tari Cheoyong). Keduanya berasal dari tari rakyat namun diperkenalkan ke istana sehingga memikat banyak orang dari kedua kelas. Jenis tarian lain yang masih hidup saat ini antara lain Muaemu (tari biksu Wonhyo), Saseonmu (tari empat dewa), dan Seonyurak (tari pesta perahu). Geommu, Cheoyongmu, dan Muaemu adalah tarian yang bernuansa patriotisme dan semangat, sementara Saseonmu dan Seonyurak lebih bertema harapan akan perdamaian.

Dinasti Goryeo

Dinasti Goryeo (918-1392) menyerap dasar-dasar kebudayaan dan kesenian Silla, termasuk seni tari. Berbagai festival dari masa Silla seperti Palgwanhoe dan Yeondeunghoe masih dirayakan dengan meriah di periode ini, bahkan menjadi perayaan terpenting bagi kerajaan dan rakyat jelata. Walau Buddhisme adalah agama negara, masyarakat Goryeo juga menganut agama asli, Shamanisme. Oleh karena itu, perayaan-perayaan agama Buddha dan Shamanisme dapat berdampingan bahkan Palgwanhoe yang memuja dewa-dewa Shamnisme lebih penting daripada Yeondeunghoe yang memuja Buddha. Kesenian agama Buddha pun dipadukan dengan unsur-unsur Shamanisme yang kental.
Musik yang dimainkan dalam ritual agama Buddha dinamakan Beompae dan tariannya dinamakan Jakbeop, terutama dipentaskan untuk mendoakan arwah orang mati. Tarian Jakbeop (Jakbeop-mu) sebagian besar ditampilkan dalam bagian shikdang-jakbeop pada Yeongsanjae, upacara agama Buddha Korea yang paling besar. Jakbeopmu mencerminkan ritual Shamanisme yang dilakukan untuk menentramkan jiwa orang mati dan mengirimkannya ke surga.

Dinasti Joseon

Dinasti Joseon menganut paham Konfusianisme dan kehidupan masyarakat berubah dari aristokratik menjadi birokratik. Karena paham Konfusianisme dalam pemerintahan Joseon mencakup aspek ritual (ye) dan musik (ak), maka raja ikut mendukung bidang seni dan kebudayaan. Hasilnya adalah berkembang pesatnya tari-tarian istana dengan jumlah yang diciptakan mencapai 36 jenis sehingga totalnya jika digabungkan dengan tarian dari masa sebelumnya hingga akhir dinasti, mencapai 53 jenis. Perkembangan pesat dalam seni tari dan musik dimaksudkan untuk memperkuat fondasi dinasti dan sebagai harapan akan kesejahteraan bangsa dan negara. Di awal periode ini, Raja Sejong mulai bertanggung jawab mengelola bidang seni musik dan tari Joseon. Banyak karya musik dan tari diciptakan dan pada masa pemerintahannya tidak hanya repertoar musik menjadi semakin bervariasi, namun untuk pertama kalinya beberapa tarian dikombinasikan menjadi pertunjukkan drama. Selain itu, langkah besar diambil dalam bidang musik dan tari dengan mempraktikkan ”Yin Yang dan Lima Negara” menjadi tarian baru, contohnya adalah Obang Cheoyongmu dan Jeongdaeeop.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tarian_tradisional_Korea

Nama-nama Tarian Tradisional Jepang

Bukan hanya indah, tetapi juga sarat makna. Perpaduan antara kelenturan tubuh (koreografi) dengan olah rasa (kearifan). Hasilnya luar biasa menakjubkan dan elegan. Itulah kesan nan tertangkap ketika menyaksikan estetika tarian tradisional Jepang ( nihon buyo ).
Tak jauh berbeda dengan seni tari di Indonesia, tarian tradisional Jepang menyiratkan kebudayaan nan unik dan penuh warna. Dari mobilitas penuh semangat, ekpresif hingga lemah lembut penuh keanggunan. Yuk, kita kenali sekilas berbagai tarian tradisional Jepang itu.
Jepang tak memiliki disparitas nan jauh dengan negara-negara lain dari segi budaya. Masyarakatnya melahirkan banyak budaya. Budaya tersebut tak serta merta terlahir dalam waktu nan singkat. Memerlukan sebuah proses panjang hingga akhirnya mendarah daging dan menjadi bukti diri sebuah bangsa. Salah satunya, ya, tarian tradisional Jepang ini.


Nama-nama Tarian Tradisional Jepang Tarian tradisional Jepang pada dasarnya memiliki kecenderungan dengan tarian-tarian tradisional di negara lain. Bergerak, diiringi musik serta memiliki dan mewakili nilai-nilai kebudayaan Jepang itu sendiri. Dan nilai filosofi juga menjadi hal nan tak lepas dari keberadaan tarian tradisional Jepang itu sendiri.
Berikut ini ialah nama-nama tarian tradisional Jepang nan cukup banyak dikenali oleh masyarakat dunia. Masing-masing tarian tradisional tersebut memiliki keunikan nan tak dimiliki oleh jenis tarian tradisional nan lain.


1. Tarian Tradisional Jepang - Kabuki Boleh dibilang Kabuki ialah tarian tradisional Jepang nan paling populer. Setiap ada pertunjukan Kabuki digelar, dipastikan akan penuh sesak oleh penonton. Sejak zaman tenno (kaisar Jepang) hingga sekarang, Kabuki selalu jadi primadona masyarakat Jepang.
Para penarinya ialah pria. Kabuki menawarkan olah tari nan berbaur dengan kritik sosial dan kearifan hidup. Jadi, amat pantas jika dikatakan bahwa Kabuki merupakan kesenian taraf tinggi.
Gerak khas Kabuki terletak pada langkah kaki nan sangat lemah lembut. Terdapat tiga gerakan dasar pada Kabuki yaitu gerakan memutar, gerakan tangan, dan gerakan kepala. Setiap gerakan ini menyimbolkan aktualisasi diri manusia. Seperti bagaimana ketika menangis, gembira, sedih, dan berbagai aktualisasi diri emosional lainnya. Dipadu dengan busana berupa kimono nan eye catching , menyaksikan Kabuki akan jadi pengalaman nan sukar dilupakan.
Penari Kabuki dirias secara mencolok dan mewah. Hal tersebut semakin membuat tarian tradisional Jepang ini berbeda dibandingkan dengan tarian tradsional lainnya. Oleh UNESCO, tarian tradisional Jepang Kabuki ini telah ditetapkan sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan NonBendawi Manusia.
Tarian tradisional Jepang nan satu ini memiliki sejarah nan cukup panjang. Pada 1603, tarian kabuki ini sebenarnya berwujud dramatari. Dibawakan oleh seorang penari wanita bernama Okuni. Dramatari tersebut dibawakan di sebuah kuil bernama Kitano Temmangu. Bermula dari dramatari itulah, kabuki kini berkembang.


2. Tarian Tradisional Jepang - Bon Odori Tarian tradisional Jepang ini ditampilkan ketika masa panen tiba (festival musim panen), sebagai ungkapan syukur kepada dewa. Ditarikan secara massal dengan penarinya memakai baju tradisonal Jepang.
Ciri khas tarian Bon Odori ialah menari diiringi nyanyian atau musik tradisional. Langkah kaki bergerak bebas disertai entakan kaki buat mengeluarkan suara. Lalu, ditingkahi dengan tangan nan disesuaikan dengan ritme musik.
Tarian tradisional Jepang nan satu ini berarti menari bersama-sama. Dilangsungkan setelah seremoni Obon. Obon sendiri merupakan rangkaian upacara adat buat penyambutan arwah leluhur. Tarian Bon Odori dilakukan bersama-sama tanpa mengenal jenis kelamin. Bayangkan betapa meriahnya tarian ini bukan?
Tarian tradisional Jepang ini biasanya banyak dilakukan di halaman-halaman kuil. Menurut cerita masyarakat Jepang, gerakan pada tarian Bon Odori ini meniru gerakan para arwah nan menari sebab terbebas dari sanksi kejam neraka.
Selain itu, Tarian tradisional Jepang nan satu ini juga merupakan tarian puncak dari seremoni musim panas di Jepang. Dan biasanya, tarian ini dilaksanakan setiap tanggal 15 Juli dan 16 Juli.


3. Tarian Tradisional Jepang - Kasa Odori Tidak jauh berbeda dengan Bon Odori. Bedanya, para penari Kasa Odori menggunakan payung sebagai alat tarian nan digunakan (tari payung). Ya, tarian tradisional Jepang nan satu ini memang identik dengan penggunaan payung. Di ujung payung-payung itu, ada benda kecil seperti logam emas. Sehingga menimbulkan suara eksklusif tiap kali payung digerakkan.
Kasa Odori telah ada sejak jaman Edo (1603-1867 M). Kini, tarian Kasa Odori jadi karakteristik khas buat Prefektur Tottori timur dan biasa dilangsungkan ketika musim panas (festival Shan-shan Ang).
Payung nan digunakan dalam seremoni atau pertunjukan tarian tradisional Jepang ini bernama Shan-Shan Matsuri. Shan-shan Matsuri ini berasal dari bunyi logam nan berada di ujung payung. Orang Jepang, mendengar bunyi logam nan bergemerincing itu seperti "shan-shan".
Tarian tradisional Jepang ini dilakukan oleh pria dan wanita. Masing-masing mengenakan baju nan bagus dan menari bersama. Musik nan mengiringi tarian ini bernama Kinansebushi. Asal-usul tarian tradisional Jepang nan satu ini sebenarnya berasal dari daerah Inaba. Di daerah tersebut dikenal sebuah tarian meminta hujan bernama Inaba Kasa Odori.


4. Tarian Tradisional Jepang - Mai Mai berarti menari diiringi nyanyian atau musik tradisional Jepang dengan seluruh bagian telapak kaki nan tak pernah diangkat. Jadi, kaki para penarinya diseret-seret ( suriashi ). Meskipun terkadang disisipi gerakan menghentakkan kaki. Tapi tak begitu kentara.
Gerakan tari Mai dilakukan dengan berputar di dalam ruang mobilitas nan sempit. Dapat juga melibatkan seluruh anjung sebagai ruang geraknya dengan tempo lambat.


5. Tarian Tradisional Jepang - Onikenbai Ciri khas tarian tradisional Jepang ini, penarinya memakai topeng Oni (raksasa Jepang). Identik dengan gerakan menghentak tanah. Melambangkan Oni nan membantu manusia buat mengusir roh dursila dari dalam tanah. Tujuannya, agar panen para petani bisa berhasil.
Tarian Onikenbai biasanya dilanjutkan dengan tarian Nanazumai, nan berarti tarian tujuh kepala. Melambangkan siklus atau fase pertanian nan merupakan mata pencaharian primer penduduk Jepang pada zaman dulu. Tarian Nanazumai ditarikan dengan membawa tujuh alat berbeda. Masing-masing alat ini menceritakan tiap fase dalam pertanian. Filosofi menjadi bagian nan tak lepas dari keberlangsungan tarian tradisional Jepang ini.


6. Tarian Tradisional Jepang - Arauma Tarian tradisional Jepang nan satu inbi bernama Arauma. Melambangkan rasa syukur atas hasil pertanian nan melimpah. Tarian ini juga bentuk terima kasih penduduk Okawadai (salah satu kota di Provinsi Aomori) terhadap kuda-kuda nan telah membantu mata pencarian mereka.
Arauma ditarikan secara berpasangan oleh laki-laki dan perempuan. Laki-laki menjadi uma (kuda), sedangkan perempuan menjadi haneto (manusia). Diiringi musik taiko (gendang), fue (seruling), dan chappa (simbal), tarian Arauma dilakukan dengan berarak-arakan dan ditingkahi teriakan, "Rassera! Rassera!"


7. Tarian Tradisional Jepang - Wadaiko Tarian tradisional Jepang nan satu ini menggunakan sebuah alat musik tradisional Jepang sebagai pengiringnya. Alat musik Taiko ialah instrumen primer dari tari Wadaiko. Termasuk salah satu tarian tradisional Jepang nan dominan menggunakan alat musik tersebut. Selain alat-alat musik tradisonal Jepang lainnya.
Taiko sendiri berarti drum besar (gendang berukuran jumbo). Merupakan alat musik nan keberadaanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan tradisional masyarakat Jepang sekaligus dari tarian tradisional Jepang nan satu ini. Dari upacara keagamaan di kuil, hingga festival-festival di kota-kota besar, alat musik Taiko dipastikan selalu ada
sumber :http://www.binasyifa.com/089/81/26/nama-nama-tarian-tradisional-jepang.htm

 

Tarian Tradisional Kaum India 

 

 Tarian Bharatanatyam
Tarian ini adalah berasal daripada wilayah Tamil Naidu di bahagian Selatan India. Secara tradisionalnya, tarian ini di persembahkan secara solo oleh seorang penari wanita.Suatu persembahan yang lengkap dalam tarian ini merangkumi enam peringkat di kenali sebagai Alarippu, Jatiswaram, Sabdam, Varnam, Padam dan Thillana. Peringkat-peringkat ini menggabungkan elemen Nritta atau tarian tulen dan Nritya ( Tarian Ekspressi ).Nritta merangkumi tiga elemen, posisi berdiri yang asas,pergerakan tangan dan kaki dan juga seni pergerakan tangan.Tempoh masa adalah berdasarkan rentak yang mempunyai kadar yang sama di kenali sebagai Jatis.Muzik bagi tarian ini adalah berdasarkan kepada nada yang penting ataupun ragas seperti Bhairavi, Kalyani dan Kambodhi.

Tarian Bhangara

Bh              
 
 
 
 
 
 
 
 
an             
 
nga                   bhangara adalah merupakan suatu bentuk tarian yang mana ianya untuk meraikan penglibatan dan kejayaan dalam tuaian yang baik dan berasal daripada wilayah Punjab di India.Setiap pergerakan di dalam tarian ini membawa maksud yang tersendiri dalam usaha untuk memaparkan suatu pergerakan yang artistik. Penari bagi tarian ini yang biasanya terdiri daripada kalangan lelaki dan wanita akan mengenakan pakaian yang pelbagai serta berwarna cerah.    
Terdapat penekanan yang banyak terhadap skil dan kebolehan serta ketahanan seseorang penari itu.Suatu ciri utama adalah pergabungan di antara ciri-ciri stunt melangkaui daripada keupayaan artistik dan keupayaan fizikal.Lagu yang di gunakan untuk tarian ini adalah gabungan lagu asli dengan di iringi instumen tradisional seperti tholl ( drum ), harmonika, tamborin dan klapper muzik.Tarian Banghra di Malaysia sangat popular dalam mana
ia juga dipersembahkan untuk majlis perkahwinan,hari-jadi dan majlis kekeluargaan.